Kamis, 12 April 2012

Role Model of Teacher


Upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter, budaya dan moral, tentulah sosok Ki Hadjar Dewantara menjadi rujukan utama. Bapak pendidikan bangsa Indonesia ini telah merintis tentang konsep tri pusat pendidikan yang membangun konstruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari; (i) lingkungan keluarga; (ii) lingkungan sekolah; dan (iii) lingkungan masyarakat. Ketika pendidikan di lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan pada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang semakin kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan pengaruh yang cukup besar pada pendidikan seorang individu

Isu pendidikan karakter menjadi tema peringatan hari Pendidikan Nasional 2010, melainkan lebih disebabkan oleh keprihatinan kita terhadap praksis pendidikan yang semakin hari semakin tidak jelas arah dan hasilnya. Pendidikan yang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3). Hanya dalam kenyatan, justru banyak warga negara yang tidak berakhlak mulia (sejenis korupsi, penyalahgunaan narkoba, dan kekerasan), kurang mandiri (konsumtif), tidak bertanggung jawab, dan kasus lain yang justru bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional.

Apa yang salah dengan pendidikan….??? sehingga setelah lebih dari enampuluh tahun Indonesia merdeka, pendidikan nasional belum mampu berfungsi menunjang tumbuhnya bangsa yang berkarakter? Selama masalah pendidikan dibiarkan mengelinding bebas, sehingga siapapun boleh dan berhak mengulas masalah pendidikan dengan versinya masing-masing tanpa landasan falsafah yang memadai, maka potret pendidikan kita akan semakin carut-marut.

Istilah “karakter” dalam bahasa Yunani dan Latin, character berasal dari kata charassein yang artinya ‘mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan’. Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Suyanto (2010) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Yaumi (2010), bahwa karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan. Menurut Dewantara (2009) karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh ajar

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, dimana tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Adapun nilai-nilai yang perlu dihayati dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata pelajaran di sekolah adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan, yang dinamakan “budipekerti” atau watak atau dalam bahasa asing disebut “karakter” yaitu “bulatnya jiwa manusia” sebagai jiwa yang “berasas hukum kebatinan”. Orang yang memiliki kecerdasan budipekerti itu senantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Itulah sebabnya orang dapat kita kenal wataknya dengan pasti; yaitu karena watak atau budipekerti itu memang bersifat tetap dan pasti.

Lebih lanjut Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa; Pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). Sedang yang dimaksud adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi
Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari tiap-tiap manusia. Alam perguruan merupakan pusat perguruan yang teristimewa berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta pemberian ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Alam kemasyarakatan atau alam pemuda merupakan kancah pemuda untuk beraktivitas dan beraktualisasi diri mengembangkan potensi dirinya.

Dalam pendidikan dikenal filsafat Jawa dengan istilah cipta rasa karsa. Cipta merujuk kepada struktur logika yang berupaya untuk memperoleh nilai kebenaran. Rasa merujuk kepada struktur estetika yang berupaya untuk memperoleh nilai keindahan. Karsa merujuk kepada struktur etika yang berupaya untuk memperoleh nilai kebaikan. Cipta-rasa-karsa, logika-etikaestetika dan kebenaran-keindahan-kebaikan merupakan satu kesatuan yang dapat membuat kehidupan menjadi selaras, serasi dan seimbang seperti prasapa Sultan Agung dalam Serat Sastra Gendhing : mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi. Sebuah tertib social yang didukung oleh hubungan harmonis antara jagad gumelar (makrokosmos) dan jagad gumulung (mikrokosmos).

Peran Guru dan Dosen
Dalam bukunya Educating for Character, menekankan pentingnya diperhatikan tiga komponen karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action). Unsur pengertian moral adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, rasionalitas moral (alasan mengapa harus melakukan hal itu), pengambilan tentang keputusan berdasarkan nilai moral, dan pengertian mendalam tentang dirinya sendiri. Segi pengertian atau kognitif ini cukup jelas dapat dikembangkan dalam pendalaman bersama di kelas maupun masukan orang lain. Dari segi kognitif ini, siswa dibantu untuk mengerti apa isi nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam hidup mereka. Dengan demikian siswa sungguh mengerti apa yang akan dilakukan dan sadar akan apa yang dilakukan.

Unsur tindakan moral adalah kompetensi (kemampuan untuk mengaplikasikan keputusan dan perasaan moral dalam tindakan konkret), kemauan, dan kebiasaan. Tanpa kemauan kuat, meski orang sudah tahu tentang tindakan baik yang harus dilakukan, ia tidak akan melakukaknnya. Dalam pendidikan karakter, kemampuan untuk melaksanakan dalam tindakan nyata, disertai kemauan dan kebiasaan melakukan moral harus dimunculkan dan ditingkatkan. Dengan demikian tampak jelas bahwa pendidikan karakter diperlukan ketiga unsur pengertian, perasaan, dan tindakan harus ada. Pendidikan karakter yang terlalu fokus pada pengembangan kognitif tingkat rendah, perlu dilengkapi dengan pengembangan kognitif tingkat tinggi sampai subjek didik memiliki keterampilan membuat keputusan moral yang tepat secara mandiri, memiliki komitmen yang tinggi untuk bertindak selaras dengan keputusan moral tersebut, dan memiliki kebiasaan (habit) untuk melakukan tindakan bermoral

Mengutip Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat Berarti dalam pembelajaran Guru dan Dosen adalah orang Intelektual sehingga dalam mentransformasi ilmu pengetahuan memperhatikan dasar ilmu pengetahuan. 

Logika mengajarkan agar manusia berfikir secara teratur dan runtut serta sistematik agar dapat mengambil kesimpulan yang benar. Di dalam kehidupan sehari-hari orang selalu mengambil kesimpulan. Agar dapat mengambil kesimpulan yang benar, maka alat yang digunakan juga harus tepat. Alat tersebut dapat diperoleh dalam ilmu logika. Karena logika berisi tuntunan agar dalam mengambil kesimpulan mendasarkan diri atas hukum-hukum tertentu. Dengan cara mempelajari hukum-hukum tersebut orang akan dapat mengemukakan pendapatnya serta menyimpulkan dengan tertib, benar, teratur dan logis. Hal ini akan nampak dalam diskusi, dialog, tukar pendapat, tulismenulis, seminar dan lokakarya. Mempelajari logika sebagai salah satu cabang filsafat akan besar manfaatnya.

Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Dalam epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber, dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan pemilihan dan kesesuaian antara realisme tentang objek secara terpilah dalam term objek real, fenomena, pengalaman, dan indra dan lainnya. Semua aliran epistemologi meletakkan beberapa oposisi sebagai penyusun teori pengetahuan. Adapun tujuannya adalah meletakkan hal yang memungkinkan bagi suatu pengetahuan. Landasan epistemologi ilmu yang tercermin secara operasional dalam metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan : (1) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; (2) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut dan (3) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termasuk untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual.
Secara garis besar, ada dua aliran pokok dalam epistemologi. Pertama adalah idealism atau lebih populer dengan sebutan rasionalisme, yaitu suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal, idea, category, form, sebagai sumber ilmu pengetahuan. Di sini peran pancaindera dinomorduakan. Sedangkan aliran yang kedua adalah realisme atau empirisme yang lebih menekankan peran ilmu pengetahuan. Di sini peran akal dinomorduakan

Memperhatikan budaya orang jawa dan prinsip kepemimpinan terhadap orang Jawa menuntut agar pemimpin selain memimpin secara formal juga pemimpin agama agar berkah dan adiluhung di depan pengikutnya. Kepemimpinan yang agamis selalu mementingkan kepentingan orang banyak dan menyantuni orang lemah. Mereka inilah ynag membuat pemimpin menjadi aji 'berharga'. Pada hakekatnya, orang Jawa lampau tidak membedakan antara sikap-sikap religius dan buan religius. Bahkan interaksi-interaksi sosial sekaligus merupakan sikap terhadap alam. Sebaliknya sikap terhadap alam sekaligus mempunyai relevan sosial. Antara pekerja, interaksi dan doa tidak ada perbedaan prinsip hakiki. Dengan demikian, lingkungan dalam pandangan Orang Jawa masa lampau menjadi sesuatu yang amat penting. Dia merupakan basis kehidupan yang meliputi individu, masyarakat dan alam sekitarnya. Kesemua unsur lingkungan itu menyatu dalam alam adi kodrati (supernatural).

Akal digunakan sebagai sarana manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan. Oleh sebab itu, perilaku hidup manusia harus berpedoman pada akal, karena akal itulah sebagai alat yang menerangi untuk tujuan kesempurnaan. Menurut tokoh aliran ini, Zeno, bahwa orang wajib menahan hawa nafsunya dan membatasi keinginan. Mereka menghendaki agar manusia itu jangan sampai mengikuti syahwatnya, tetapi hendaknya melatih diri sanggup hidup sengsara karena melarat, terbuang dan dibenci oleh pendapat umum, lalu menyediakan dirinya untuk memikulnya, sehingga jiwanya tidak terkejut dan gelisah atau natural.

Teori kebenaran menyatakan bahwa suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang Dalam kitab Paramayoga karya R.Ng. Ranggawarsita, seorang pujangga istana Kraton Surakarta Hadiningrat, disebutkan konsep serta atribut yang melekat pada diri raja. Dijelaskan bahwa raja adalah narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil paramarta, mamayu hayuning bawana. Artinya,raja besar laksana dewata dari kahyangan yang memegang hukum dan pemerintahan, senantiasa bersikap adil serta kasih sayang, dan membuat aman tenteram dunia. Raja mesti mempunyai sifat ambeg adil paramarta, yaitu menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, dengan pertimbangan akal sehat, belas kasih serta ketulusan hati. Kepastian hukum dalam bernegara akan mendorong tiap-tiap individu untuk bertindak tertib sesuai dengan norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Dalam pepatah Melayu popular dengan ungkapan raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah. Dalam menegakkan keadilan itu pula raja wajib menggunakan hati nurani dan nilai kemanusiaan.

Prasaja mempunyai banyak arti yaitu terbuka, hidup seadanya dan sederhana. Hidup prasaja bukan berarti kekurangan dan miskin, tetapi berusaha menyesuaikan dengan lingkungan. Orang yang menjalani hidup prasaja tidak mau menonjolkan diri, bermewah-mewahan dan menghindari pamer. Dia mampu bertingkah laku andhap asor, mengendalikan keinginan, suka mengalah, namun dalam hal prestasi mau berjuang secara sungguh-sungguh. Kerja keras dan jujur senantiasa menyertai kehidupan yang prasaja. Mencari uang itu sulit, mengumpulkan harta kekayaan itu memerlukan perjuangan yang gigih dan kerja keras yang tekun. Hidup prasajamemerlukan kehati-hatian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar