Sabtu, 05 Mei 2012

Teacher profesional


Terinspirasi oleh visi praktek kolaboratif interprofessional sebagai kunci untuk kualitas, akses, perawatan berpusat pada pasien diinginkan oleh semua. Mencapai visi untuk masa depan membutuhkan pengembangan kompetensi interpersonal terus menerus oleh mahasiswa profesi kesehatan sebagai bagian dari proses pembelajaran, sehingga mereka siap memasuki lapangan kerja dan berlatih untuk kerja sama tim yang efektif dan berbasis tim perawatan. Tujuan kami adalah untuk membangun kompetensi yang diharapkan masing-masing profesi disiplin dalam mendefinisikan kompetensi untuk interprofessional kolaboratif praktek. Kompetensi disiplin ini diajarkan dalam profesi. Pengembangan kompetensi kolaboratif interprofessional (pendidikan interprofessional), namun, membutuhkan bekerja sama di luar profesi ini spesifik upaya pendidikan untuk melibatkan para siswa yang berbeda profesi dalam pembelajaran interaktif satu sama lain. Mampu bekerja secara efektif sebagai anggota klinis tim sementara siswa adalah bagian mendasar dari pembelajaran itu.


Saat ini, transformasi pendidikan kesehatan profesi sangat menarik minat yang luas. Transformasi membayangkan akan memungkinkan peluang siswa profesi kesehatan untuk terlibat dalam pembelajaran interaktif dengan mereka diluar profesi mereka sebagai bagian rutin dari pendidikan mereka. Tujuan dari belajar interprofessional adalah untuk mempersiapkan semua siswa profesi kesehatanuntuk deliberatively bekerja sama dengan tujuan bersama membangun lebih aman dan lebih baik berpusat pada pasien dan masyarakat / populasi berorientasi perawatan kesehatan


Saran untuk perbaikan program studi
Para ahli menawarkan suatu kerangka kerja konseptual (lihat Gambar 1) untuk meningkatkan atau memperluas program guru kepemimpinan di jurusan. Kerangka terdiri dari enam komponen utama yang membangun jalur untuk hasil akhir dari prestasi siswa yang tinggi. Tiga yang pertama menggambarkan kondisi yang diperlukan bagi para pemimpin guru muncul dan landasan untuk kepemimpinan guru: (1) mereka dihormati sebagai guru, ingin belajar keterampilan kepemimpinan, dan memiliki kapasitas untuk mengembangkan keterampilan tersebut, (2) pekerjaan mereka sebagai pemimpin dihargai oleh rekan-rekan mereka, terlihat di jurusan, terus dinegosiasikan melalui umpan balik dan evaluasi, dan berbagi di antara guru; dan (3) budaya di jurusan mendukung guru pemimpin, supervisor dan rekan mendorong kepemimpinan, dan guru menyediakan waktu, sumber daya , dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Ketika pemimpin guru muncul dalam pengaturan ini beralasan, mereka (4) memelihara "fokus pada pengajaran dan pembelajaran dan membangun hubungan saling percaya dan konstruktif". Mereka membangun pengaruh dalam situasi formal dan informal, mengasah keterampilan mereka melalui bekerja sama secara rutin dengan teman sebaya dan administrator.
 Kerangka konseptual mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang pemimpin guru terlibat dalam, apa yang mereka sebut (5) yang "target kepemimpinan pengaruh." Misalnya, mereka menyibukkan diri dengan memastikan ada cukup berkelanjutan pengembangan kerja, profesional dalam mendirikan suatu struktur tim kolaboratif di jurusan, atau fokus pada kapasitas organisasi (seperti kebijakan dan alokasi sumber daya) yang berkontribusi terhadap peningkatan pengajaran dan pembelajaran di kelas. Kepemimpinan guru ditingkatkan menghasilkan hasil perantara (6) yang meningkatkan pengajaran dan pembelajaran "seperti menciptakan hubungan belajar positif antara guru dan siswa dan antara siswa, membangun rutinitas kelas dan harapan bahwa energi mahasiswa efektif langsung, terlibat siswa dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan kurikuler, instruksional, dan penilaian praktik, "yang pada akhirnya menghasilkan tingkat tinggi dan prestasi belajar siswa.

Perlu inovasi manajemen pengelolaan prodi dengan menganalisis kebutuhan sumber daya manusia pendidik dan individual manager prodi dalam mendesain program pembelajaran. Prodi adalah sistem didalam sistem ada individu-individu dan kelompok-kelompok yang bekerja menunjang proses sistem. Untuk melakukan inovasi ada 3 hal yang perlu di perhatikan seperti gambar di bawah ini.


Kolega mengakui dan menghormati pemimpin guru yang memiliki subjek-area dan keahlian instruksional. Kepercayaan yang tinggi dan hubungan kerja yang positif ada baiknya diantara rekan-rekan guru dan dengan administrator. Kepemimpinan kerja guru  yang merupakan pusat proses pengajaran dan pembelajaran (sebagai kawan dari tugas-tugas administratif atau manajerial) secara rutin diberikan. Pemimpin-pemimpin, guru dan administrator, termasuk tanggung jawab mereka bersama kepemimpinan. Hubungan interpersonal antara pemimpin dan guru-guru. Terakhir, struktur dapat mendorong pertumbuhan pemimpin guru dengan menyediakan akses cukup untuk bahan, waktu, dan ruang untuk kegiatan yang memfasilitasi kepemimpinan guru (misalnya, pengembangan profesional). Bukan pemimpin membatasi birokrasi staf guru dan pemimpin hanya berjalan di tengah-tengah sebagai penyambung informasi antara staf dan top manager.



Kepemimpinan guru adalah proses dimana guru, secara individu atau kolektif, mempengaruhi rekan-rekan mereka, kepala jurusan, dan anggota lain dari komunitas jurusan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran praktek dengan tujuan siswa belajar dan meningkat prestasi. Tim kerja kepemimpinan tersebut melibatkan tiga fokus pengembangan disengaja: individu pengembangan pengembangan, kolaborasi atau tim, dan pengembangan organisasi.

Pemimpin guru adalah fasilitator di jurusan dan dapat menjadi elemen penting dalam menyebarkan dan memperkuat reformasi dan perbaikan jurusan. Peningkatan pendidikan di tingkat instruksional, misalnya, melibatkan kepemimpinan guru di kelas. Tugas yang dilakukan oleh pemimpin guru mencakup upaya peningkatan pemantauan, kurikulum memilih, dan berpartisipasi dalam pertemuan administratif. Selain itu, mereka sering dipanggil untuk berpartisipasi dalam pembinaan sebaya, terlibat orangtua dan partisipasi masyarakat, dan review penelitian di waktu mereka keluar dari ruang kelas. Biasanya, para pemimpin ini adalah guru yang memiliki pengalaman mengajar yang signifikan, yang dikenal sebagai pendidik yang sangat baik, dan dihormati oleh rekan-rekan mereka. Mereka belajar dan prestasi berorientasi dan bersedia mengambil risiko dan bertanggung jawab.
Guru-guru menggunakan berbagai saluran informal dan formal untuk mengerahkan kepemimpinan, termasuk bertindak sebagai perwakilan serikat, kepala departemen, dan mentor.




Menyadari bahwa pendidikan profesi kesehatan memikul tanggung jawab utama untuk mengembangkan kompetensi inti, penekanan juga ditempat kerja dan
lebih baik dikoordinasikan dengan pengawasan proses pendidikan (akreditasi, lisensi, dan sertifikasi) dan melanjutkan pendidikan untuk menjamin pembangunan, demonstrasi, dan pemeliharaan kompetensi inti. Laporan menunjukkan bahwa meskipun standar akreditasi profesi ditinjau pada konten tentang tim interdisipliner, harapan hasil berbasis kompetensi.



Jumat, 04 Mei 2012

Kesadaran Diri


Meningkatkan Kesadaran Diri "Kenalilah dirimu dan "kebenaran harus membuat anda bebas. "Sullivan (1953) berbicara tentang "saya baik, saya buruk," dan "bukan aku"  dalam diri kita semua. Ini berkaitan dengan bagaimana kita rasakan tentang diri kita sendiri. Metode ini lebih banyak berurusan dengan bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri.  Konsep diri adalah dasar dari seluruh kepribadian kita; yang mempengaruhi hampir semua yang kita lakukan

”Bersimpati tidak sama dengan berempati. Berempati tidak berarti Anda sepakat, melainkan Anda secara mendalam mencoba mengerti orang itu, baik dari segi emosional maupun intetelektual. Anda mencamkan pada suara dan bahasa tubuh orang tersebut, tidak hanya kata-katanya. Dalam empati Anda mendengar dengan hati, mata dan pikiran secara obyektif, menggunakan sekaligus semua pancaindera Anda”
Manusia cenderung untuk menyalahkan orang lain, dan tak pernah menyalahkan diri sendiri. Orang senang dengan perubahan, tetapi dirinya sendiri tak mau berubah. Para pemimpin seperti itu harus mengembang kan kepemimpinannya dengan kiat-kiat jitu berinteraksi agar mempu terbiasa menerapkan prinsip empati secara konsisten.”





Apa itu perkembangan diri? Perkembangan diri adalah perubahan kebiasaan, dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang tidak bisa jadi bisa , dari yang tidak mau jadi mau, dan yang tidak mampu jadi mampu. Pribadi yang mau berubah, akan menjadi pribadi yang siap untuk menyongsong masa depan. Pengembangan diri sangat penting untuk kehidupan kita, karena tanpa adanya pengembangan diri, kita hanya akan selalu terombang ambing dengan situasi.
Ketika kita menginginkan sampai puncak, maka hal harus kita lakukan adalah melakukan sesuatu dengan maksimal, karena usaha yang maksimal akan mendatangkan hasil yang maksimal pula. Dan ketika kita mengeluh, keluhan kita itu hanya akan menjadi penghambat di masa depan kelak.
Menjadi manusia itu tidaklah mudah, jadi ketika sekarang kebanyakan orang berada di zona nyaman mereka, kita berusaha dulu untuk meninggalnya zona nyaman kita, karena ketika kita nyaman di zona itu, kita akan selalu berada di keterpurukan dan jauh dari kata kesuksesan. Karena sebuah kesempatan akan datang ketika kita “siap”, dan agar kita bisa jadi pribadi yang siap kita harus mempersiapkannya dari sekarang. Motivasi perlu untuk meningkatkan semangat dan percaya diri kita. Pengembangan diri juga perlu, alasannya karena semua orang sedang melakukan pengembangan diri, dan tuntukan pekerjaan semakin tinggi. Harus punya target, agar jelas tujuan kita. Syarat pengembangan diri adalah positive thinking dan hati yang bersih.disaat kita mau mencapai puncak, bekerjalah dengan keras, karena apa yang kita keluhkan hari ini hanya akan manjadi penghambat di masa depan.


Sebagai seorang Ners yang selalu belajar dari problem-problem kehidupan membuat kita selalu empathy dengan memperhatikan paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memiliki tindaka terhadap fenomena-fenomena yang ada berdasarkan keunikan-keunikan kehidupan manusia. 

Praktisi kesehatan harus mampu menggunakan berbagai telaahan ilmiah, legal – etis, praktis dan juga colegial dalam upaya untuk memberikan asuhan yang tepat kepada pasien serta juga menggunakan pendekatan Humanistik dalam mengimplementasikan berbagai tindakan yang dilakukannya. Akibatnya siapapun yang sudah berkecimpung dan memegang profesi dalam bidang kesehatan harus mempunyai kemampuan yang memadai dalam mengatasi pasiennya secara ilmiah dengan jalan mengetahui rasional setiap tindakan, secara legal dan etis untuk mengetahui tindakannya tidak melanggar norma yang ada, secara praktis dalam hal menjalankan standar asuhan, kolegial dalam berhubungan dengan tim kesehatan lainnya dan juga secara humanistik dalam memperlakukan pasien sebagai subjek dan objek dalam pelaksanaan asuhannya
Keperawatan adalah Ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, budaya, dan spiritual individu (Doengoes,2000) Keperawatan adalah Diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap sehat dan sakit (American Nurses Association/ANA). Proses keperawatan menyediakan pendekatan pemecahan masalah yang logis dan teratur untuk memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan pasien dipenuhi secara komprehensif dan efektif 


Menjadi seorang perawat berdasarkan paradigma keperawatan selalu memandang manusia secara holistik Bio Psiko Sosial Spiritual berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Sangat membantu kita dalam menyikapi suatu problem solving, apapun problem nya........selalu kita memandang berdasarkan Asuhan Keperawatan.....sesuai dengan prinsip Caring......!!!!!






Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skill-nya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Soft skill adalah kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Ini penting, karena banyak para lulusan penguruan tinggi ketika diminta berbicara, menyampaikan ide atau gagasan serta mempresentasikan karyanya, tidak siap. Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional quotient). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Intra-personal skill: ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara optimal. Inter-personal skill: ketrampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain untuk pengembangan kerja secara optimal




Dalam melakukan kegiatan apapun hendaknya selalu mengutamakan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi atau suatu hal yang harus diprioritaskan dan kalau tidak dipenuhi akan kekurangan, sedangkan keinginan menunjukan sesuatu yang melebihi keharusan atau sesuatu yang dilakukan setelah kebutuhan terpenuhi.



Lima sikap dan tindakan sering dibahas meliputi: kepedulian yang tulus dan kebaikan guru, kemauan untuk berbagi tanggung jawab yang terlibat dalam kelas, seorang yang tulus kepekaan terhadap keragaman siswa, motivasi untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi semua siswa, dan antusiasme untuk merangsang kreativitas siswa



Ketika para calon guru ada yang bertanya, "Mengapa anda ingin menjadi guru "Tanggapan yang biasa kita dengar. Saya ingin bisa membuat perbedaan positif dalam kehidupan mahasiswa saya. "Banyak calon guru terus mengatakan mereka juga ingin menjadi  guru yang efektif dan agar selalu diingat oleh mantan siswa mereka. Beberapa ingin memiliki kesempatan untuk menjadi guru yang lebih baik dari guru-guru mereka secara pribadi. Namun, banyak peneliti (Yaitu, Frank, 1990; Fulton, 1989; Goodlad, 1990; Handler, 1993) di negara aksioma bahwa guru biasanya mengajar dengan cara sebagaimana mereka diajarkan. Pernyataan ini menarik untuk kita meninjau menyoroti pentingnya menganalisis pengalaman siswa untuk wawasan efektif pendidikan dan sikap tidak efektif dari tindakan guru.


Sikap dan tindakan yang efektif guru dapat membuat perbedaan positif pada kehidupan siswanya, dan keyakinan ini akan menjadi fokus utama dari kualitas. Dengan memeriksa pengalaman pendidikan guru sebelumnya, pengelola dapat mendiskusikan apa yang mereka harus atau tidak harus melakukan kepada siswa kelas. Yang sering dibahas sikap dan tindakan meliputi: kepedulian yang tulus dan kebaikan guru, kemauan untuk berbagi tanggung jawab yang terlibat dalam kelas, kepekaan yang tulus untuk keragaman siswa, sebuah motivasi untuk memberikan pengalaman belajar bermakna untuk semua siswa, dan antusiasme untuk merangsang kreativitas siswa.





Rabu, 02 Mei 2012

Strategi Pendidik

Pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi - rasional lebih menekan pada pengetahuan yang bersifat apriori - tidak menekan pada pengalaman. Tingkat pengetahuan secara operasional didefinisikan sebagai pencarian informasi - pengetahuan, tiga bentuk pemahaman yang dijelaskan dalam taksanomi; terjemahan, interpretasi dan ekstrapolasi. Efektivitas pengajaran ditentukan oleh jenis pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ini digunakan. Simons (1993) mengusulkan bahwa untuk mengajar dengan baik teacher perlu tahu tentang materi pelajaran. membutuhkan pengetahuan tentang konsep dan prosedur serta hubungan antara keduanya. Penelitian oleh Baturo dan Nason (1996) menunjukkan bahwa pengetahuan teacher peserta pelatihan cenderung kearah ekstrim dalam topik, prosedural dan konseptual. Ada kemungkinan faktor-faktor lain juga mempengaruhi seorang teacher melalui pembimbingan atau kreativitas mereka sendiri dan pengetahuan tentang bagaimana peserta didik belajar dan memiliki dampak.  



Dalam pendidikan ada strategi  pembelajaran, diantaranya (1) Strategi pengorganisasian pembelajarn; (2) Strategi penyampaian pembelajaran dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi penyampaian pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur belajar mengajar yang bagaimana? Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan tahapan yang amat penting dalam Rencana Pembelajaran. Bagaimana Topik yang akan diajarkan terkait dengan isi bidang studi. Hal ini akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik=topik yang dipelajari. Sequencing atau penataan urutan juga penting karena amat diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu, dan yang lebih penting pada hakekatnya, semua isis bidang studi memiliki prasyarat belajar (Gagne, 1968, 1977a). 

Untuk strategi makro pengintegrasian sejumlah teori, seperti hirarki belajar dari Gagne, teori spiral dari Harden, analisis tugas dari Gropper, teori skema dari Mayer. Strategi Mikro, teori Gagne dan Briggs, teori pengajaran yang dikembangkannya mempreskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Kapabilitas belajar; (2) Peristiwa pembelajaran; (3) Pengorganisasian pembelajaran. Menurut Gagne tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang spesifik dalam bentuk perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kompetensi tertentu. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. 

Untuk menulis tujuan pembelajar kita mengacu pada Bloom Taxonomy; yang mengelompokkan dalam tiga domain: Kognitif, Affective dan Psikomotor seperti tampak dibawah ini:
Kami tidak menjelaskan mengenai bagaimana mengembangkan kurikulum, melainkan memberi wawasan mengenai hakekat kurikulum dan pembelajaran. Kurikulum adalah sekumpulan mata kuliah; sekumpulan mata kuliah yang disusun secara sistematis yang merupakan persyaratan untuk sertifikasi dalam bidang studi tertentu. Dalam prakteknya kurikulu terdiri dari sejumlah topik-topik/rencana tertulis tentang bidang-bidang tertentu yang menggambarkan pengalaman belajar yang akan di capai. Dengan demikian kurikulum dapat berbentuk suatu mata kuliah atau urutan-urutan mata kuliah atau keseluruhan program studi yang ditawarkan.



Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan, sedangkan pembelajaran (Instructional) adalah " Bagaimana menyampaikan apa yang akan diajarkan". Dengan kata lain kurikulum adalah suatu program, rencana dan isi pelajaran sedangkan pembelajaran dapat di cirikan sebagai Metode, Tindakan belajar - mengajar dan presentase. Kurikulum, memproduksi rencana kegiatan sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan pelaksanaan rencana tersebut. Sehingga perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran.

Kurikulum merupakan akhir dari Program pembelajaran yang direncanakan oleh program studi. Pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulu para perencana akan menyatakan tujuan akhir atau obyektif dalam bentuk yang operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur yang dapat diperlihatkan oleh mahasiswa setelah menjalani program pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang berbeda namun saling terkait satu sama lain secara terus menerus dalam suatu siklus.



Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/topik tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Memperhatikan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi: Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.


Pemilihan metode yang tepat tentu saja harus mempertimbangkan banyak hal, seperti kemampuan awal siswa, sarana prasarana, media, kemampuan teacher, dsb. Terdapat beberapa metode mengajar, sehingga dengan mendeskripsikan setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran dapat menunjukkan ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Terdapat beragam metode pembelajaran untuk student centered diantaranya: Small Group Discussion; Role Play & Simulation; Case Study; Discovery Learning; Self Directed Learning; Cooperatif Learning; Collaborative Learning; Contextual Instructional; Problem based Learning.



Keberhasilan dalam proses pembelajaran lebih terletak pada kemampuan teacher dalam meramu atau mengkombinasi berbagai metode mengajar yang ada. Rencana pembelajaran sangat membantu dalam merencanakan penilaian siswa yang efektif dan efisien karena dasar penyusunan mengacu pada learning objektif yang ingin dicapai. Scriven (!967) membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Penilaian formatif adalah sangat penting untuk pembelajaran siswa. tanpa informatif umpan balik tentang apa yang mereka lakukan, siswa akan relatif sedikit yang mengggunakan untuk memetakan perkembangan mereka". Kita semua lebih akrab dengan penilaian sumatif, dimana teacher selalu mengukur pencapaian tujuan pembelajaran pada akhir semester. Namun penilaian formatif, memberikan umpan balik kepada siswa yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Dengan pemikiran penilaian formatif sebagai penilaian untuk memberikan motivasi siswa belajar sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian pembelajaran. Miller's Skill (1990) menggunakan segitiga untuk menggambarkan kompetensi dan dapat dikembangkan untuk penilaian keterampilan klinis. 


Sejumlah metode penilaian, berdasarkan prosedural cocok untuk memberikan umpan balik berdasarkan observasi kinerja siswa pada tempat kerja atau klinik. Beberapa metode penilaian untuk memberikan umpan balik (feedback) di tempat kerja, telah dikembangkan atau di unggulkan diantaranya: Mini Clinical Evaluation Exercise (Mini-CEX); Clinical Encounter Cards (CEC); Objective Structureed Clinical Examintaion (OSCE); Clinical Word Sampling (CWS); Blinded Patient Encounters (BPE); Direct Observation of Procedural Skills (DOPS); Case Based Discussio (CbD); Multi Sources FeedBack (MSF). Hal ini dapat dinilai langsung pada saat peserta didik dengan pengalaman belajar langsung berhadapan dengan pasien.


Memperhatikan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menurut Winarno, 2009 dalam kompas mengatakan bahwa pengelolaan pendidikan terlalu banyak berbuat kesalahan, yang sebagian besar bersumber dari sikap ketidak pedulian, ketidak pahaman dan sebagain ketidak mampuan. 

Dalam banyak hal kesalahn itu timbul dari gabungan ketiga sumber kesalahan: Indiffence, Ignorance, Incompetence dengan kurang menghargai usaha yang telah dirintis sebelumnya. Perubahan-perubahan hanya menghasilkan kesemuan. Perubahan yang satu hanya mampu menyalahkan perubahan yang lain; bukan memetik hikmahnya apa yang kita perbuat sekarang ialah menyadari untuk menghindari berbuat kesalahan terus menerus. "Bagaimana Caranya...????

Kita dengan ikhlas belajar dari pengalaman, terutama dari kesalahan. Kesalahan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Karena hanya dengan demikian bahwa pengalaman adalah Guru yang Baik.

Banyak pengelola yang terlalu angkuh untuk mengakui keterbatasan mereka, mereka menganggap serba tahu, paling tahu, dan maha tahu. Sehingga merasa tidak layak untuk belajar....dari pengalaman yang salah. Oleh karena itu kita memerlukan sikap Bathiniah yang sehat (Kepedulian, Komitmen yang kuat, Keberanian Moral).

Kita terlalu merasa nyaman hidup diatas panggung seremonial, kenisbihan, kepalsuan dan kemumpungan dan kepura-puraan. Gerak semu yang tidak berujung pangkal, itulah yang bebas kemana-mana menjadi Bola Liar yang sebenarnya tidak pernah dikehendaki akan tetapi umumnya tidak berani menghadapinya. 

Kita takut dinilai mengganggu birokrasi, kita takut menyentuh persoalan yang tampak tidak benar, kita takut pada banyak hal kecil-kecil yang tidak perlu di takuti, apalagi pada hal-hal yang besar dan Fundamental. Dengan berbuat demikian kita turut bersalah. Kita lebih salah karena memberi pembenaran pada yang salah, kita kehilangan keberanian yang diperlukan untuk merintis pembaharuan, pada hal kekuatan Profesional terbentuk dan Mantap menimbulkan keberanian bukan masalah penting lagi. Dengan demikain kepedulian, Komitmen dan Kompetensi yang kuat melahirkan kekuatan Moral untuk merintis Pembaharuan.

Bagaimana Pembelajaran berkualitas, kalau hanya untuk Lulusan Ulangan dan Ujian tetapi tidak bermakna bagi kehidupan dikemudian hari.