Selasa, 08 Mei 2012

Feedback constructive

Ciri tutor yang baik bisa dilihat dalam tiga ranah: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari segi pengetahuan tutor yang baik harus mengetahui tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran modul yang diajarkan, sumber belajar tersedia, prinsip penilaian, dan dinamika kelompok. Sejumlah keterampilannya harus mencakup memfasilitasi pembelajaran, pemecahan masalah, pemikiran kritis, dinamika kelompok atau penyelesaian konflik dan penilaian terhadap mahasiswa secara perseorangan dan kelompok. Supaya berhasil tutor harus memiliki sikap yang benar (Amin dan Khoo, 2006 dalam Catur, 2012)

Supaya efektif tutor harus melakukan hal berikut
- Menghentikan peran sebagai pakar
- Mengintervensi pada saat yang tepat
- Memfasilitasi diskusi kelompok dengan mengajukan pertanyaan penguji
- Mendorong curah pendapat dan pemecahan masalah
- Menggalakkan berpikir kritus
- Mendorong tukar pengetahuan (tanpa menceramahi)
- Mendorong kolaborasi mahasiswa
- Meningkatkan keterampilan komunikasi
- Membangun keterampilannya sendiri dalam penilaian diri dan kelompok

Yang tidak boleh dilakukan tutor adalah
- Berceramah/ memberi kuliah
- Mendominasi diskusi kelompok
- Bertindak sebagai pakar yang menguasai pokok bahasan
- Otoriter

Berdasarkan pokok-pokok yang mendasari proses belajar dalam PBL tugas seorang tutor meliputi (Van Berkel et al .,2006)
a. Mendorong active learning: dengan cara meminta mahasiswa menjelaskan dengan bahasa sendiri dan mendorong mahasiswa mencari hubungan antar topik dari materi yang telah dipelajari
b. Mendorong self directed learning: dengan mendorong mahasiswa menentukan learning objective sendiri dan menggunakan berbagai sumber belajar dalam mencari informasi yang berhubungan.
c. Memfasilitasi contextual learning: dalam hal ini tutor membantu mahasiswa untuk menggunakan priorknowledge mereka dalam usaha menyelesaikan problem skenario
d. Memfasilitasi collaboratif learning: dengan mendorong mahasiswa mengevaluasi secara reguler kolaborasi dalam kelompok dan memberikan feedback yang dapat memperbaiki dinamika kelompok
e. Mendemonstrasikan interpersonal behavior: merupakan cermin dari motivasi positif dalam memenuhi tugas sebagai tutor dan kesadaran terhadap kekuatan dan kelemahan  diri sebagai tutor.


Steinert (2004) meneliti karakteristik tutor yang diidentifikasi oleh mahasiswa dalam memfasilitasi tutorial yaitu:
- Tutor dapat menciptakan suasana atau atmosfir yang nyaman dan tidak mengancam selama proses diskusi
- Tutor harus mempunyai keahlian dalam memfasilitasi berupa membiarkan mahasiswa mengatur sendiri hal yang ingin mereka pelajari, membiarkan kelompok berdiskusi secara independen
- Tutor juga harus mengetahui materi yang akan di diskusikan

Mahasiswa
Dalam PBL mahasiswa menciptakan persoalan pembelajaran yang memandu belajar perseorangan mereka. Mahasiswa berperan aktif dalam menghasilkan persoalan pembelajaran, memutuskan mereka akan mempelajarinya dan mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari. Manfaat PBL:
- Pemecahan masalah
- Pembelajaran diarahkan sendiri
- Pembelajaran sepanjang hayat
- Identifikasi dan evaluasi sumber
- penalaran kritis
- Pemikiran kreatif
- Alih pembelajaran kepada situasi kehidupan nyata
- Menggabungkan aspek-aspek sosial dan etika
- Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
- Keterampilan kepemimpinan kelompok dan komunikasi
- Identifikasi kelebihan sendiri

Pelatihan Keterampilan Klinik
Menurut Patrick (1992) ada tiga komponen yang mempengaruhi program pelatihan yaitu:
1) Isi pelatihan
2) Metode dan strategi pelatihan
3) Karakteristik orang yang dilatih

Komponen pertama yaitu: isi pelatihan, merupakan suatu dasar dari program pelatihan yang harus dikuasai oleh orang yang dilatih. Isi pembelajaran bisa di ulang dalam beberapa kegiatan pembelajaran dengan berbagai variasi strategi dan metode. Beberapa isi dari pelatihan tergantung pada situasi. Program pelatihan keterampilan klinik dikenal sebagai skill lab mengajar empat keterampilan yaitu: 1) Keterampilan komunkasi; 2) keterampilan pemeriksaan fisik' 3) keterampilan terapeutik dan diagnostik, serta 4) prosedur laboratorium (Hamo, 1994)

Komponen kedua yaitu: metode dan strategi, mengorganisasikan dan menjalankan isi pelatihan. metode pelatihan merupakan gabungan dari prinsip-prinsip psikologis belajar dan berlatih, termasuk didalamnya cara mengulang dan menyusun isi pelatihan serta adanya learning events yang akan diberikan pada siswa. Ada tiga metode dalam memberikan informasi kepada siswa selama pelatihan yaitu:
- Menggunakan praktek berpasangan dengan harapan metode ini akan sukses melatih beberapa keterampilan
- Mendemonstrasikan keterampilan yang ingin diajarkan, sebagai role model, diharapkan siswa akan meniru dalam bermain peran (role play)
- Siswa diberi saran atau isyarat dengan rasa hormat untuk apa dan kapan tersebut diperlukan

Hal yang penting dalam metode pelatihan adalah memberikan kesempatan kepada siswa yang dilatih untuk menunjukka performance pada tugas yang telah ditentukan kemudian memberikan masukan tentang performance mahasiswa tersebut. Masukan yang diberikan ini dikenal sebagai knowledge of result atau extrinsic feedback. Kepentingan dari knowledge of result dikembangkan dari penguatan teori belajar yang menekankan bahwa penghargaan sebaiknya diberikan setelah respon yang benar (correct response) yang ditujukan untuk memperkuat hubungan antara stimulus dan respon (Patrick, 1992)


Komponen ketiga adalah orang yang dilatih. Berbagai variabel mempengaruhi agar isi pelatihan mudah di mengerti atau tidak. Pengetahuan siswa, usia dan tingkat kecerdasan.

Dalam fase belajar terdapat empat hal spesifik yang perlu diperhatikan
1) Cognitif fase
fase saat mahasiswa memahami keterampilan klinis yang mereka ingin mempelajari dan cara-cara mempelajari.
2) Close fase
fase saat ini mahasiswa mampu belajar dan mempraktekkan keterampilan yang sederhana. Pada tahap ini terdapat empat faktor yang mempengaruhi proses yaitu: faktor lingkungan, faktor pengamatan dan demonstrasi, faktor instruksi dan penjelasan serta faktor umpan balik dan praktek.
3) Open fase
fase saat mahasiswa sudah mampu mempraktekkan keterampilan yang lebih kompleks, yaitu mahasiswa bermain peran, stimulasi, observasi klinik dan praktik klinik
4) Automatic fase
fase saat mahasiswa secara otomatis melakukan keterampilan tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar