Rabu, 02 Mei 2012

Strategi Pendidik

Pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi - rasional lebih menekan pada pengetahuan yang bersifat apriori - tidak menekan pada pengalaman. Tingkat pengetahuan secara operasional didefinisikan sebagai pencarian informasi - pengetahuan, tiga bentuk pemahaman yang dijelaskan dalam taksanomi; terjemahan, interpretasi dan ekstrapolasi. Efektivitas pengajaran ditentukan oleh jenis pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ini digunakan. Simons (1993) mengusulkan bahwa untuk mengajar dengan baik teacher perlu tahu tentang materi pelajaran. membutuhkan pengetahuan tentang konsep dan prosedur serta hubungan antara keduanya. Penelitian oleh Baturo dan Nason (1996) menunjukkan bahwa pengetahuan teacher peserta pelatihan cenderung kearah ekstrim dalam topik, prosedural dan konseptual. Ada kemungkinan faktor-faktor lain juga mempengaruhi seorang teacher melalui pembimbingan atau kreativitas mereka sendiri dan pengetahuan tentang bagaimana peserta didik belajar dan memiliki dampak.  



Dalam pendidikan ada strategi  pembelajaran, diantaranya (1) Strategi pengorganisasian pembelajarn; (2) Strategi penyampaian pembelajaran dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi penyampaian pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur belajar mengajar yang bagaimana? Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan tahapan yang amat penting dalam Rencana Pembelajaran. Bagaimana Topik yang akan diajarkan terkait dengan isi bidang studi. Hal ini akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik=topik yang dipelajari. Sequencing atau penataan urutan juga penting karena amat diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu, dan yang lebih penting pada hakekatnya, semua isis bidang studi memiliki prasyarat belajar (Gagne, 1968, 1977a). 

Untuk strategi makro pengintegrasian sejumlah teori, seperti hirarki belajar dari Gagne, teori spiral dari Harden, analisis tugas dari Gropper, teori skema dari Mayer. Strategi Mikro, teori Gagne dan Briggs, teori pengajaran yang dikembangkannya mempreskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Kapabilitas belajar; (2) Peristiwa pembelajaran; (3) Pengorganisasian pembelajaran. Menurut Gagne tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang spesifik dalam bentuk perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kompetensi tertentu. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. 

Untuk menulis tujuan pembelajar kita mengacu pada Bloom Taxonomy; yang mengelompokkan dalam tiga domain: Kognitif, Affective dan Psikomotor seperti tampak dibawah ini:
Kami tidak menjelaskan mengenai bagaimana mengembangkan kurikulum, melainkan memberi wawasan mengenai hakekat kurikulum dan pembelajaran. Kurikulum adalah sekumpulan mata kuliah; sekumpulan mata kuliah yang disusun secara sistematis yang merupakan persyaratan untuk sertifikasi dalam bidang studi tertentu. Dalam prakteknya kurikulu terdiri dari sejumlah topik-topik/rencana tertulis tentang bidang-bidang tertentu yang menggambarkan pengalaman belajar yang akan di capai. Dengan demikian kurikulum dapat berbentuk suatu mata kuliah atau urutan-urutan mata kuliah atau keseluruhan program studi yang ditawarkan.



Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan, sedangkan pembelajaran (Instructional) adalah " Bagaimana menyampaikan apa yang akan diajarkan". Dengan kata lain kurikulum adalah suatu program, rencana dan isi pelajaran sedangkan pembelajaran dapat di cirikan sebagai Metode, Tindakan belajar - mengajar dan presentase. Kurikulum, memproduksi rencana kegiatan sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan pelaksanaan rencana tersebut. Sehingga perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran.

Kurikulum merupakan akhir dari Program pembelajaran yang direncanakan oleh program studi. Pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulu para perencana akan menyatakan tujuan akhir atau obyektif dalam bentuk yang operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur yang dapat diperlihatkan oleh mahasiswa setelah menjalani program pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang berbeda namun saling terkait satu sama lain secara terus menerus dalam suatu siklus.



Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/topik tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Memperhatikan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi: Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.


Pemilihan metode yang tepat tentu saja harus mempertimbangkan banyak hal, seperti kemampuan awal siswa, sarana prasarana, media, kemampuan teacher, dsb. Terdapat beberapa metode mengajar, sehingga dengan mendeskripsikan setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran dapat menunjukkan ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Terdapat beragam metode pembelajaran untuk student centered diantaranya: Small Group Discussion; Role Play & Simulation; Case Study; Discovery Learning; Self Directed Learning; Cooperatif Learning; Collaborative Learning; Contextual Instructional; Problem based Learning.



Keberhasilan dalam proses pembelajaran lebih terletak pada kemampuan teacher dalam meramu atau mengkombinasi berbagai metode mengajar yang ada. Rencana pembelajaran sangat membantu dalam merencanakan penilaian siswa yang efektif dan efisien karena dasar penyusunan mengacu pada learning objektif yang ingin dicapai. Scriven (!967) membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Penilaian formatif adalah sangat penting untuk pembelajaran siswa. tanpa informatif umpan balik tentang apa yang mereka lakukan, siswa akan relatif sedikit yang mengggunakan untuk memetakan perkembangan mereka". Kita semua lebih akrab dengan penilaian sumatif, dimana teacher selalu mengukur pencapaian tujuan pembelajaran pada akhir semester. Namun penilaian formatif, memberikan umpan balik kepada siswa yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Dengan pemikiran penilaian formatif sebagai penilaian untuk memberikan motivasi siswa belajar sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian pembelajaran. Miller's Skill (1990) menggunakan segitiga untuk menggambarkan kompetensi dan dapat dikembangkan untuk penilaian keterampilan klinis. 


Sejumlah metode penilaian, berdasarkan prosedural cocok untuk memberikan umpan balik berdasarkan observasi kinerja siswa pada tempat kerja atau klinik. Beberapa metode penilaian untuk memberikan umpan balik (feedback) di tempat kerja, telah dikembangkan atau di unggulkan diantaranya: Mini Clinical Evaluation Exercise (Mini-CEX); Clinical Encounter Cards (CEC); Objective Structureed Clinical Examintaion (OSCE); Clinical Word Sampling (CWS); Blinded Patient Encounters (BPE); Direct Observation of Procedural Skills (DOPS); Case Based Discussio (CbD); Multi Sources FeedBack (MSF). Hal ini dapat dinilai langsung pada saat peserta didik dengan pengalaman belajar langsung berhadapan dengan pasien.


Memperhatikan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menurut Winarno, 2009 dalam kompas mengatakan bahwa pengelolaan pendidikan terlalu banyak berbuat kesalahan, yang sebagian besar bersumber dari sikap ketidak pedulian, ketidak pahaman dan sebagain ketidak mampuan. 

Dalam banyak hal kesalahn itu timbul dari gabungan ketiga sumber kesalahan: Indiffence, Ignorance, Incompetence dengan kurang menghargai usaha yang telah dirintis sebelumnya. Perubahan-perubahan hanya menghasilkan kesemuan. Perubahan yang satu hanya mampu menyalahkan perubahan yang lain; bukan memetik hikmahnya apa yang kita perbuat sekarang ialah menyadari untuk menghindari berbuat kesalahan terus menerus. "Bagaimana Caranya...????

Kita dengan ikhlas belajar dari pengalaman, terutama dari kesalahan. Kesalahan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Karena hanya dengan demikian bahwa pengalaman adalah Guru yang Baik.

Banyak pengelola yang terlalu angkuh untuk mengakui keterbatasan mereka, mereka menganggap serba tahu, paling tahu, dan maha tahu. Sehingga merasa tidak layak untuk belajar....dari pengalaman yang salah. Oleh karena itu kita memerlukan sikap Bathiniah yang sehat (Kepedulian, Komitmen yang kuat, Keberanian Moral).

Kita terlalu merasa nyaman hidup diatas panggung seremonial, kenisbihan, kepalsuan dan kemumpungan dan kepura-puraan. Gerak semu yang tidak berujung pangkal, itulah yang bebas kemana-mana menjadi Bola Liar yang sebenarnya tidak pernah dikehendaki akan tetapi umumnya tidak berani menghadapinya. 

Kita takut dinilai mengganggu birokrasi, kita takut menyentuh persoalan yang tampak tidak benar, kita takut pada banyak hal kecil-kecil yang tidak perlu di takuti, apalagi pada hal-hal yang besar dan Fundamental. Dengan berbuat demikian kita turut bersalah. Kita lebih salah karena memberi pembenaran pada yang salah, kita kehilangan keberanian yang diperlukan untuk merintis pembaharuan, pada hal kekuatan Profesional terbentuk dan Mantap menimbulkan keberanian bukan masalah penting lagi. Dengan demikain kepedulian, Komitmen dan Kompetensi yang kuat melahirkan kekuatan Moral untuk merintis Pembaharuan.

Bagaimana Pembelajaran berkualitas, kalau hanya untuk Lulusan Ulangan dan Ujian tetapi tidak bermakna bagi kehidupan dikemudian hari.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar